Review
Webminar SARASEHAN LINTAS GENERASI “Meneladani Para Pejuang untuk Memajukan
Universitas Jember”
Diajukan
sebagai tugas mata kuliah Sejarah Pedesaan kelas A
Oleh:
Celvin Gylang Prayudha (180110301024)
Kota Jember sebelum
seperti sekarang ini dahulunya adalah kota kecil, bahkan lebih kecil dari
Bondowoso ataupun Besuki. Ada 3 serangkai atau yang disebut Triunvirat yang
mendirikan Universitas swasta di Jember dengan nama Universitas Tawangalun.
Pendirian Universitas Jember pada saat itu juga tidak lepas dari dukungan
bupati Jember kala itu, R. Soedjarwo. Rektor pertama Universitas Jember yang
pertama adalah Pak Rahmat.
Pada masa lalu,
masyarakat Jember bersekolah hanya sampai tingkatan SMA saja. Maka dari itu,
Dr. R Ahmad ingin menyempurnakan pendidikan di Jember dengan mendirikan
Universitas di Jember. Hal ini didukung oleh bupati Jember dengan memberikan
dana dari hasil gotong royong.
Pendiri
dan Rektor Universitas Jember
1.
R.
Achmad
Ibu Amaril yang
merupakan putri dari R. Achmad berpendapat bahwa Program Ziarah
kubur kepada Pendiri dan Rektor Universitas Jember ini harus menjadi agenda
tetap dalam rangkaian diesnatalis Universitas Jember ini untuk selalu mengingat
perjuangan perintis dan perjuangan rektor terdahulu yang telah membesarkan UNEJ
hingga sekarang. R. Achmad dengan beberapa Cendikiawan
salah satunya yaitu R.Th Soengedi adalah sahabat R. Achmad yang saat itu
menjabat sebagai kepala SMPK yang saat ini berada di Jalan Gajah Mada yang
sekarang di depan BCA Sekarang. Mereka menginginkan untuk
menyempurnakan pendidikan di Jember. Melihat masyarakat yang bersekolah hanya
sampai SMA saja dan timbul pengangguran dimana-mana, maka R. Achmad menghendaki
pengembangan pendidikan yang bukan hanya dirasakan di kota-kota besar saja
tetapi apabila bisa di setiap kota, apalagi di daerah-daerah terpencil, apalagi
Jember yang tergabung dalam daerah Karesidenan Besuki harus ada Universitas.
Keinginan yang mulia ini diiringi dengan kerja keras, tekat yang bulat, dan
komunikasi dengan para penguasa daerah, dukungan dari masyarakat jember pada
umumnya membuahkan hasil yang positif. Bapak Bupati saat itu dijabat oleh R.
Soedjarwo sangat mendukung ide yang bagus dan mengannggap membanggakan Kota
Jember. Mereka saling bahu membahu untuk mewujudkan berdirinya Universitas
Jember. Perolehan dana secara gotong royong dan juga dana mandiri dari beberapa
orang dikucurkan demi terwujudnya ide positif yang mulia ini.
2.
Raden
Soedjarwo
Raden Soedjarwo
adalah Seorang Nasionalis yang Religius dan merupakan putra Jember asli yang
dilahirkan di sebuah rumah sederhana di Jalan Trunojoyo 14 Jember pada tanggal
16 September 1917 putra dari Mohamad ali mertowijoyo yang merupakan seorang
guru, bersekolah pada zaman Hindia Belanda. Kemudian bekerja sebagai Pamong
praja dengan 2 periode yaitu Periode Hindia Belanda (1936-1945) dan Periode
Kemerdekaan (1945-1967) kariernya sebagai mantri polisi di salah satu
kecamatan, jadi Camat dan wedana di wilayah eks karesidenan Madiun dan Kediri. Raden
Soedjarwo merupakan pendiri sekaligus perintis Universitas Jember, serta
merupakan Bupati Jember pada tahun 1960an dan tidak dapat dipisahkan dari
sejarah berdirinya universitas jember. Buku Biografi Raden Soedjarwo ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat jember maupun civitas akademika universitas jember
dan keluarga besar Raden Soedjarwo. Buku berisikan informasi mengenai
perjalanan Hidup Raden Soedjarwo mulai dari kecil, bersekolah, masa berkarya,
masa purna tugas sampai akhir kehidupan raden soedjarwo. Tema dalam Biografi
Raden Soedjarwo adalah Raden Soedjarwo sebagai Pejuang Kemerdekaan, Pendiri
Universitas Jember dan Bupati Botol Kosong.
Pada masa perang
kemerdekaan kelas ke 1 dan ke 2 dari tahun 1947-1949 R Soedjarwo bertindak
sebagai komandan staf pertahanan Rakyat (SPR) di daerah kandangan dan papar
Kediri dan ikut bertempur melawan Belanda, dan atas perjuangan ini Raden
Soedjarwo diangkat sebagai Kapten Tituler
dan tanda jasa gemilau dalam perang kemerdekaan. Kemudian Raden
Soedjarwo menjadi wakil bupati di sampang tahun 1950 kemudian tahun 1952 sampai
1954 Raden Soedjarwo diangkat sebagai bupati Pontianak, tahun 1955-1956
dipindah tugaskan menjadi Bupati Pamekasan. Tahun 1957 dipindah tugaskan lagi
sebagai Bupati Bondowoso selama 6 bulan dan kembali dipindah tugaskan lagi
sebagai PLT Bupati Jember dan ikut mencalonkan sebagai Bupati Jember. Dengan
program kerja untuk memajukan sumber daya manusia di Jember dengan membangun
Sekolah dasar, Menengah dan perguruan tinggi, namun terbatas pada APBD
pemerintah daerah, maka pada tanggal 10 November 1957 membentuk yayasan
pendidikan kabupaten Jember untuk menghimpun sumbangan-sumbangan dana dari
masyarakat. Ide yang unik dari pemikiran Raden Soedjarwo yaitu mengumpulkan
barang-barang bekas seperti koran bekas, botol bekas, kelapa dari seluruh
masyarakat jember untuk dijual untuk kegiatan pembangunan sekolah di Jember,
sehingga soedjarwo dikenal sebagai Bupati Botol Kosong.
Untuk menghargai
jasa Raden Soedjarwo, Rektor Universitas Jember 2012-2020
kemudian
mendirikan salah satu gedung dengan nama Raden Soedjarwo.
3.
R.M
Soerachman
Kelahiran
Mojoagung, 1912 kemudian berdinas di Jember setelah 1957 dengan para pendiri
Universitas Jember mendirikan yayasan Tawang Alun dengan menekankan pendidikan
yang utama. Kemudian harapannya dengan mendirikan universitas di jember akan
menambah nilai lebih terhadap Kabupaten Jember. Jabatan terakhir soerachman
sebagai catatan sipil di Universitas Jember tahun 1960 raden roerachman purna
tugas dan kembali ke Surabaya pada tahun 1970-an.
4.
Soediharyohoedojo
Soediharyohoedojo
Rektor Universitas Jember. Berawal dari dunia pendidikan karena pada zaman dulu
pak Soediharyohoedojo pernah mengenyam pendidikan di Taman Siswa kemudian Taman
Madya, Taman Guru sehingga Soediharyohoedojo menjadi guru dan ditugaskan di
salah satu daerah di Malang dan bergabung dengan PETA (Pembela Tanah Air)
dengan pangkat Shudanco (Komantan Peleton) kalau tidak salah. Setelah PETA
selesai, seharusnya Tentara Peta jadi Tentara Nasional Indonesia tetapi
Soediharyohoedojo pernah menjabat sebagai Komandan Garnisun atau sekarang
mungkin Korem. Soediharyohoedojo menjabat sebagai Komandan Garnisun sejak Tahun
1950-1958. Kemudian sejak tahun 1959 atau 1960 Soediharyohoedojo ditugaskan
untuk menjadi perwira petugas ke Jember untuk mengambil alih perkebunan.
Dalam mengemban tugasnya keluarga Soediharyohoedojo
diberikan rumah di Jalan Diponegoro kemudian setelah perusahaan perkebunan di
Jember itu sudah menjadi hak negara maka Soediharyohoedojo diangkat menjadi
direktur PNP IV yang kemudian menjadi PTP dan menjadi direktur juga dan
berakhir pada tahun 1970-an. Kemudian menjabat sebagai Rektor Universitas
Jember.
5.
R.Th.
Soengedi
R.Th. Soengedi
memiliki anak sebanyak 11 dan Cucunya 31, meninggal pada bulan Maret 1969.
R.Th. Soengedi merupakan pejuang pendidikan yang luar biasa.
6.
Letkol
Soetardjo
Letkol Soetardjo
pada waktu itu sering berpikir bagaimana Gedung Universitas ini masih berpencar
di berbagai lokasi. Letkol Soetardjo mempunyai ide bagaimana UNEJ ini dalam
satu wilayah, dalam satu daerah. Kemudian Letkol. Soetardjo menemui bapak
Bupati Abdul Hadi untuk menanyakan daerah mana yang bisa digunakan untuk
dijadikan lokasi kampus Universitas Jember dan akhirnya bahwa bapak bupati
menyarankan untuk di daerah Tegal boto, itulah salah satu alasan kenapa Letkol.
Soetardjo diberikan penghargaan oleh Universitas dengan memberi nama salah satu
gedung di Universitas Jember dengan nama Letkol Soetardjo dan menempatkan
patung Letkol. Soetardjo di dalamnya. Menurut kabar bahwa Universitas Indonesia
juga terinspirasi dari pemikiran Letkol. Soetardjo untuk menyatukan kampusnya
dalam satu wilayah di Kampus Depok. Letkol Soetardjo selalu mengutamakan
pekerjaan sedangkan keluarga di urus oleh istri di rumah. Beliau selalu menjadi
orang nomor satu atau menjadi kepala/ pimpinan.
7.
Drs.
R. Warsito
Dr. R. Warsito
menjabat Sebagai Rektor Universitas Jember selama dua periode. Pandangan Dr. R.
Warsito tentang kemajuan pendidikan juga terlihat pada waktu itu menjabat
sebagai rektor di Universitas Jember. Dr. R. Warsito mempercepat Realisasi
pembangunan Tegal Boto sebagai kampus Universitas Jember. Kemudian Dr. R.
Warsito menginginkan selain ada Fakultas teknik dan Fakultas pertanian yang
lainnya Fakultas sosial Ekonomi, Dr. R. Warsito juga mendukung adanya program
studi yang lain seperti kedokteran gigi dan lain-lain.
8.
Siman
Hadi Prakoso
Siman Hadi
Prakoso tertarik dengan Jember, ketika itu gaji yang diberikan kepada Siman
Hadi Prakoso seadanya. Siman Hadi Prakoso pernah menjadi Dekan FKIP, Pembantu
Dekan (Wakil Dekan sekarang), dan menjadi Rektor Universitas Jember. Perjalanan
Siman Hadi Prakoso ketika G30S mengalami kesusahan, namun akhirnya mengalami
peningkatan pendapatan pada tahun 1976. Ketika mau mendirikan eksa salah satu
anak Siman Hadi Prakoso yang bersekolah di teknik dan diangkat di Universitas
Jember untuk mendirikan Fakultas Teknik. Teknik, MIPA, PSKG anak Siman Hadi
Prakoso ditugaskan di Jakarta untuk menjadikan PSKG sebagai Program Studi.
Kemudian Fakultas MIPA sudah Berdiri , kemudian TP yang awalnya bergabung
dengan Fakultas Pertanian di pisah menjadi Fakultas sendiri dengan nama
Fakultas Teknik Pertanian.
9.
Prof.
Kabul Santoso
Pada zaman Prof.
Kabul Santoso menjadi Rektor pada waktu itu baru ada 6 Fakultas dan berkembang
menjadi 13 Fakultas dan melanjutkan dari Rektor sebelumnya. Menurut rekan kerja
Prof. Kabul Santoso, beliau merupakan seorang yang selalu mempersatukan atau
mengkonsolidasikan seluruh kekuatan di Universitas jember dan mengesampingkan
kelompok-kelompok tertentu untuk memajukan Universitas Jember.
10. Prof. Mohammad Hassan
Merupakan Rektor
ke-9 Universitas Jember yang berasal dari Kepanjen, Malang. Rektor-rektor
sekarang hanya melanjutkan dari perjuangan para perintis, pendiri dan
rekto-rektor terdahulu yang sangat luar biasa visinya pada saat tahun 1950
hingga akhirnya di daerah remote area bisa berdiri Universitas Negeri yang
sudah menjadi tujuan masyarakat untuk pendidikan anak-anaknya. Prof. Mohammad
Hassan sangat mengapresiasi perintis, pendiri dan rektor-rektor sebelumnya yang
telah meletakan pondasi pengembangan Institusi yang dilanjutkan oleh
rektor-rektor berikutnya lebih berat. Dengan Pondasi yang kuat, tahapan
pengembangan yang terencana maka kami yang melanjutkan dapat lebih mudah
membawa Universitas Jember ini pada posisi yang sekarang ini. Prof. Mohammad
Hassan mengapresiasi rektor terdahulu yang telah mengorbankan waktu dan
keluarga demi lembaga ini.
Komentar
Posting Komentar